National Journal


1. Perancangan Jaringan Komputer Diskless Berbasis Linux Terminal Server Project Pada Sistem Operasi Ubuntu 8.04

Harry Rakhmat H, Yudha Purwanto dan Indrarini Dyah Irawati

Abstrak

Linux Terminal Server Project (LTSP) merupakan sebuah proyek jaringan computer diskless berbasiskan sistem operasi GNU/linux yang dimulai oleh James A McQuillan. Komputer diskless adalah perangkat client atau workstation yang tidak dilengkapi dengan media penyimpanan tetap. Teknologi ini makin populer karena dapat menghemat sumber daya hardware. Dalam penelitian ini dirancang jaringan computer dengan menggunakan Personal Computer (PC) sekelas pentium D sebagai workstation, tanpa dilengkapi media penyimpanan dan PC sekelas pentium core 2 duo sebagai server. LTSP akan diintegrasikan pada sistem operasi linux ubuntu 8.04. Kemudian dilakukan pengujian performasi terhadap CPU server dan penggunaan memori server ketika client menggunakan aplikasi Openoffice, Gimp  dan Firefox. Hasil penelitian menunjukkan bahwa server mampu melayani 8 client secara bersamaan. CPU usage dengan menjalankan tiga aplikasi tersebut masih dalam keseimbangan, yaitu berkisar antara 65-70% untuk user time, 30-35% untuk system time dan 0-0,5% idle time. Penggalokasian swap muncul ketika nilai “free” berkisar antara 14.000 Kbyte-30.000 Kbyte.

download (pdf): paper only, full paper

2. Implementasi Algoritma RSA pada Interkoneksi Jaringan IPv6 dan IPv4 dengan Mekanisme Tunneling Mode 6to4

Abstrak

Mode transisi IPv6 ke IPv4 adalah salah satu solusi untuk melakukan perubahan IPv4 ke IPv6, salah satu modenya adalah 6to4. Namun ada pertimbangan keamanan dalam menggunakan 6to4 yaitu setiap router 6to4 harus menerima dan meneruskan paket dari native IPv6 maupun dari router 6to4 lainnya. Sehingga, mode transisi IPv6 ke IPv4 yang digunakan pada jaringan public mungkin meninggalkan celah karena tidak adanya deteksi terhadap suatu serangan seperti sniffing, dan spoffing. Dalam keamanan jaringan dikenal berbagai algoritma untuk melakukan enkripsi dan dekripsi pesan, salah satunya adalah RSA (Rivest Shamir Adleman). Algoritma RSA merupakan algoritma kriptografi asimetry,dimana kunci enkripsi tidak sama dengan kunci dekripsinya. RSA masih digunakan secara luas dalam protokol electronic commerce, dan dipercaya dalam mengamankan dengan menggunakan kunci yang cukup panjang. Dan untuk memecahkan kunci yang cukup panjang tersebut, memerlukan waktu yang cukup lama. Dalam Tugas Akhir ini dianalisa bagaimana penggunaan algoritma RSA untuk mengamankan data dan komunikasi antara client dan server pada jaringan 6to4 yang masih rentan terhadap pencurian data. Dari hasil analisa yang dilakukan, saat mengirimkan data sebesar 10 MB delay SSH server adalah 64,1172 ms sedangkan delay FTP server adalah 39,6879 ms. Namun, keamanan data teks yang dilewatkan pada SSH masih lebih baik dari FTP karena pada saat melakukan long ke server SSH, password, username, dan isi data sudah terenkripsi. berbeda halnya ketika menggunakan FTP, semua komunikasi dapat diketahui (di-sniffing) oleh attacker. Selain itu dengan adanya enkripsi dengan algoritma RSA menyebabkan utilitas CPU menjadi lebih besar yaitu 15,19355 % pada SSH server, sedangkan 1,333333 % pada FTP server (tanpa enkripsi).

download (pdf): paper only, full paper

3. Analisis Performansi Algoritma Penjadwalan Log Rule dan Frame Level Schedule Skenario Multicell Pada Layer Mac LTE

Teknologi telekomunikasi selular berkembang guna mendukung layanan triple play yaitu voice, data, dan video yang lebih baik kepada pengguna jasa telekomunikasi. LTE (Long Term Evolution) adalah suatu jaringan berbasis IP (Internet Protokol) yang distandarisasi oleh 3GPP (3rd Generation Partnership Project). Untuk mendukung hal itu, LTE memerlukan suatu mekanisme yang dapat mendukungnya. Salah satunya dengan menerapkan metode penjadwalan paket di tiap layanan. Penjadwalan adalah perlakuan terhadap paket yang datang sesuai dengan prioritas dari masing-masing algoritma penjadwalan. Pada penelitian ini, menganalisis performansi LTE dengan parameter Delay, Packet loss, Throughput dan Fairness Index menggunakan algoritma penjadwalan FLS (Frame Level Schedule) dan Log Rule pada LTE-Simulator dengan skenario menggunakan trafik VoIP, Video dan BE (Best Effort). Hasil yang didapatkan adalah penjadwalan algoritma FLS lebih baik dibandingkan Log Rule dalam hal throughput sedangkan penjadwalan algoritma Log Rule lebih baik dibandingkan FLS dalam hal delay berdasarkan perubahan jumlah dan kecepatan user di setiap layanan real time. Hal ini menandakan kedua algoritma ini sangat cocok digunakan untuk jaringan LTE dengan kondisi trafik layanan real time, tetapi tidak untuk layanan seperti non real time yakni BE.

download (pdf): paper only, full paper

4. Analisa Performansi Algoritma Penjadwalan Proportional Fairness Dan Log Rule Dengan Skenario Multicell Pada Sistem 3GPP LTE

Teknologi Long Term Evolution (LTE) dikembangkan dengan tujuan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh pengguna maupun operator jasa telekomunikasi, memperluas daerah jangkauan, menambah kapasitas sistem, dan mengurangi delay. Dengan spesifikasi yang tinggi, LTE diharapkan mampu memberikan kemudahan pelanggan dalam mengakses layanan Voice over IP, Streaming, dan Video Conference. LTE diharapkan mampu memberikan layanan dengan besar throughput yang tinggi dan delay yang rendah. Padahal tidak semua user membutuhkan throughput yang sama besar namun yang dibutuhkan adalah kesesuaian pengendalian delay dan fairness index untuk setiap user dengan tetap memperhatikan batasan throughput. Untuk mendapatkan kinerja dan hasil yang maksimal tersebut pada LTE diperlukan sistem algoritma penjadwalan yang baik. Pada penelitian ini, dianalisis performansi LTE dengan parameter Delay, Packet loss, Throughput, dan Fairness Index menggunakan algoritma penjadwalan Proportional Fairness dan Log Rule pada LTE-Simulator dengan skenario menggunakan trafik VoIP, Video dan Best Effort. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penjadwalan algoritma Proportional Fairness lebih baik dalam menangani layanan VoIP, sedangkan algoritma Log Rule lebih baik dalam menangani layanan Video. Hal ini menandakan kedua algoritma ini sangat cocok digunakan untuk jaringan LTE dengan kondisi trafik layanan real-time, tetapi tidak untuk layanan non real-time seperti layanan Best Effort.

download (pdf): paper only, full paper